Contoh Hadits Mutawatir Lafdzi dan Maknawi


Hadits mutawatir merupakan salah satu bentuk hadits yang memiliki sanad atau riwayat yang begitu kuat dan diterima secara luas oleh para ulama. Hadits mutawatir dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu mutawatir lafdzi (yang mutawatir dalam sanad dan lafazhnya) dan mutawatir maknawi (yang mutawatir dalam sanad tetapi variasi lafazhnya). 

Dalam artikel ini, kita akan mengeksplorasi contoh dari kedua jenis hadits mutawatir tersebut.

Hadits Mutawatir Lafdzi:

Contoh hadits mutawatir lafdzi adalah hadits yang diriwayatkan oleh banyak perawi dalam sanadnya dan memiliki lafazh yang sama persis. Salah satu contoh yang paling terkenal adalah hadits tentang pentingnya menjaga salat lima waktu. Hadits ini diriwayatkan oleh banyak perawi dan memiliki lafazh yang serupa, meskipun ada variasi dalam redaksinya.

Sebagai contoh, salah satu riwayat dari Abu Hurairah mengatakan:

"Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, 'Barangsiapa yang menjaga salat lima waktu dengan penuh khusyu', ia akan memperoleh cahaya, kesaksian, dan keselamatan di hari kiamat."

Sementara riwayat dari Anas bin Malik dapat berbunyi:

"Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, 'Barangsiapa yang menjaga salat lima waktu dengan penuh khusyu', ia akan memperoleh cahaya, kesaksian, dan keselamatan di hari kiamat."

Meskipun ada variasi redaksi dalam hadits tersebut, namun substansi dan makna utamanya tetap sama, yaitu pentingnya menjaga salat lima waktu.

Hadits Mutawatir Maknawi:

Sementara contoh hadits mutawatir maknawi adalah hadits yang memiliki sanad yang kuat namun variasi lafazhnya. Contoh yang sering dikutip adalah hadits tentang halal dan haram. Hadits ini diriwayatkan oleh banyak perawi namun memiliki variasi lafazh yang cukup signifikan.

Sebagai contoh, sebuah riwayat dapat berbunyi:

"Segala amal perbuatan seseorang akan bergantung pada niatnya."

Sementara riwayat lainnya dapat berbunyi:

"Sesungguhnya, perbuatan-perbuatan itu akan dinilai berdasarkan niatnya."

Meskipun variasi lafazh dalam kedua riwayat tersebut, namun makna dan pesan utamanya tetap sama, yaitu pentingnya niat dalam melakukan amal perbuatan.

Kekuatan Tradisi dalam Islam:

Hadits mutawatir, baik lafdzi maupun maknawi, merupakan bagian penting dari warisan tradisi Islam. Kekuatan sanad dan penerimaan luas oleh para ulama memberikan legitimasi yang kuat pada hadits-hadits tersebut. Mereka menjadi sumber utama bagi umat Islam dalam memahami ajaran dan praktik Islam yang benar.

Dengan memahami dan menghargai kekuatan tradisi dalam Islam, kita dapat merenungkan dan mengimplementasikan ajaran Islam secara lebih baik dalam kehidupan sehari-hari. Hadits mutawatir lafdzi dan maknawi mengajarkan kepada kita nilai-nilai etika, moral, dan spiritual yang menjadi landasan bagi kehidupan yang berdasarkan ajaran Islam. 


Tag : hadits mutawatir
Back To Top